Buah Simalakama Kejujuran (Tulisan Jaman Dulu)




Kejujuran merupakan suatu hal yang sepatutnya mudah kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat, akan tetapi berbeda dengan kondisi di Negara yang kita cintai ini (Indonesia). Nampaknya kejujuran sudah menjadi barang yang sangat langka dan mahal harganya bagi masyarakat Indonesia saat ini.
Lihat saja, beberapa waku yang lalu kita digemparkan oleh pengakuan Ibu Siami yang melaporkan kepada media dan kepolisian tentang mencontek masal yang terjadi dimana anaknya disekolahkan, di SD Gadel II Surabaya yang dilakukan oleh guru-guru SD tersebut. Namun, apa yang terjadi kepada Ibu Siami setelah ia membeberkan hal ini. Ironisnya Ibu Siami malah mendapat perlakuan yang negatif dari masyarakat sekitar dimana ia tinggal, yang menyebabkan ia tidak lagi kerasan untuk tinggal disana. Seharusnya berita mengenai “kejujuran” ini tidak perlu menjadi berita nasional jikalau praktek kejujuran masih sering kita jumpai di kehidupan masyarakat. Dengan maraknya orang memperbincangkan berita ini, menunjukkan bahwasannya masyarakat Indonesia memang sedang haus akan segala bentuk praktek kejujuran.
Praktek ketidakjujuran dalam dunia pendidikan kita memang sudah menjadi rahasia umum, dan bukan yang pertama kalinya terjadi di Indonesia. Seringkali sekolah-sekolah berbuat curang ketika menghadapi Ujian Nasional, hanya demi mempertahankan reputasi sekolah. Lalu, akan menghasilkan anak bangsa yang seperti apa jika dari mulai dunia pendidikan mereka sudah di doktrin utnuk tidak berbuat jujur? Dunia pendidikan yang seharusnya menjadi tempat bagi para anak bangsa memperoleh ilmu yang nantinya bermanfaat bagi negara, telah di kotori dengan praktek kecurangan yang ada.
Melihat dari kejadian tersebut, dapat kita simpulkan bahwasannya sebagian masyarakat kita di Indonesia sudah tidak lagi menghargai nilai sebuah kejujuran. Kejujuran dianggap suatu hal yang mengancam, suatu hal yang sudah tidak realistis dengan kebudayaan di tanah air ini. Masyarakat sepertinya sudah tidak bisa berbicara sesuai dengan hati nurani mereka lagi.
Hal tersebut dapat menyebabkan kecenderungan dalam masyarakat untuk enggan berbuat jujur dalam segala hal. Lalu, muncullah suatu teori baru yang berkembang di masyarakat bahwasannya, siapa diantara mereka yang berlaku jujur maka akan tersisihkan dari golongannya, dan pada akhirnya kejujuran menjadi buah simalakama yang tumbuh sumbur di sekeliling kita. Masyarakat kini menjadi dilemma untuk berbuat suatu kebaikan ini. Bayangkan, dilemma untuk memilih berbuat baik atau tidak!!. Jika kita dihadapkan dengan suatu kebaikan dan kejelekan, maka sepantasnya kita bisa lebih memilih untuk mengerjakan suatu kebaikan,  daripada kejelekan.  
Mengutip dari pepatah arab yang mengatakan Qul Haqqa Walau Kana Murron, katakanlah kebenaran walapun pahit., Disini dapat disimpulkan bahwasannya kejujuran atau kebenaran merupakan poin penting yang harus diutamakan meskipun itu sulit untuk diungkapkan. Karena berawal dari kejujuranlah segala kebaikan itu datang, begitu juga sebaliknya ketidakjujuran merupakan awal dari segala musibah
Memang sulit menemukan tokoh yang saat ini dengan lantang menyuarakan kebenaran, terlebih mengakui kesalahan dari perbuatan yang telah dilakukannya. Karena untuk mewujudkan Bangsa yang kuat dan bijak, diperlukan para penggiat kebenaran yang dapat mengajak seluruh elemen masyarakat untuk selalu mengedepankan nilai kejujuran demi tercapainya segala cita-cita Bangsa dan Negara, dan dapat merubah kembali pola pikir masyarakat kita sekarang untuk lebih membiasakan hal-hal yang dibenarkan, bukan sebaliknya membenarkan hal-hal yang bersifat biasa. Agar berbuat baik tidak lagi menjadi buah simalakama yang hidup dalam masyarakat kita.
Yogyakarta, 18 Juni 2011.

0 komentar: